Saturday 31 July 2010

Alat Penyulingan Minyak Nilam


NILAM salah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri, baik sebagai sumber devisa negara maupun sumber pendapatan petani. Namun tekonologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih tradisional, karena faktor sosial ekonomi dan terbatasnya teknologi yang diakses, sehingga minyak yg dihasilkan mutunya masih rendah.

Melihat kendala tersebut, Badan Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPPTG) Yogya melakukan terobosan baru dengan mengembangkan teknologi penyulingan minyak nilam. "Alat ini mulai diciptakan pada 2009. Harapannya, dapat membantu para kelompok UMKM dalam meningkatkan pengembangan minyak nilam dengan mutu tinggi," ujar Nugroho Jati kepala BPPTG Yogya pada KR, Kamis (24/6).

Teknologi rekayasa ini telah digunakan oleh beberapa kelompok masayarakat, diantaranya UMKM di Godean dan Ngaglik Yogyakarta. Alat ini tercipta setelah pihaknya menemukan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada ketel penyulingan tradisional yang selama ini dipakai petani. Berkat temuan tersebut, selama penyulingan berlangsung destilasi dari air yang diduga masih mengandung minyak dapat kembali masuk ke ketel.

Sistem ini mampu memaksa agar gas panas (uap) yang dikeluarkan dari proses penyulingan dapat kembali masuk ke dalam ketel melalui pipa. Uap kemudian membantu proses pemanasan air dalam ketel, sehingga mempercepat pemanasan dan efisiensi air. Uap tersebut juga mampu membuat aliran panas di dalam ketel lebih cepat dan konstan.

Dari segi mutu minyak yang dihasilkan bisa lebih berwarna bening. Coba bandingkan dengan penyulingan tradisional yang berwarna gelap seperti air kopi, karena proses penyulingan berlangsung terlalu lama sehingga berakibat minyak hangus.

Untuk biaya investasi, memang lebih tinggi dibanding yang dimiliki petani selama ini. Jika investasi teknologi tradisional membutuhkan dana sekitar Rp 5 juta, maka teknologi baru itu butuh dana beberapa kali lipat, tergantung dengan kapasitas pesanan. "Misalnya untuk daya tampung sekitar 20 kilogram, harganya sekitar Rp 15-20 juta. Bahkan, kita juga menerima pesanan yang kapasitasnya hingga 1 kuintal. Dari segi perawatannya, alat tersebut jauh lebih mudah dibanding sebelumnya, dan memiliki daya tahan hingga bisa sampai 10 tahun," jelasnya.

Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. Prospek ekspor minyak nilam dimasa mendatang masih cukup besar, sejalan dengan makin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika , trend mode dan belum berkembangnya materi subtitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika.

sumber: harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Minggu 27 Juni 2010.

No comments: