Saturday 31 July 2010

Kebumen Ekspor Nilam

Tanaman nilam akhirnya berhasil menjadi alternatif yang menjanjikan keuntungan besar bagi para petani di wilayah dataran tinggi di Kebumen, setelah tanaman itu diolah menjadi minyak nilam yang bernilai jual tinggi di pasar dunia.
Salah satu kelompok tani pembudidaya tanaman nilam yang kemudian mengolahnya menjadi minyak nilam untuk kebutuhan ekspor adalah Kelompok Tani (Klomtan) Sidoraharjo Desa Wadasmalang Kecamatan Karangsambung, yang merupakan binaan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kebumen.

Menurut Ketua Klomtan Sidoraharjo, Margono (35), saat ini kelompok yang beranggotakan 42 orang itu setiap minggu sudah berhasil menjual minyak nilam kepada eksportir minyak atsiri di Purwokerto dan Jakarta. Minyak nilam yang diproduksi di instalasi penyulingan milik kelompok dalam seminggu terkumpul 60 sampai 80 kg.

“Harga jualnya dari kami kepada eksportir saat ini mencapai Rp 330 ribu per kg. Setelah kami perhitungkan dengan biaya produksi, ternyata cukup menguntungkan bagi kami,” ungkapnya di instalasi penyulingan nilam milik Klomtan Sidoraharjo, Sabtu (10/7).

Dituturkan Margono, semula anggota klomtannya merupakan petani cengkih dan palawija seperti singkong dan tembakau. Setelah cengkih surut dan Distanhut mengenalkan nilam kepada mereka, kemudian merekapun mencoba beralih ke nilam. Apalagi setelah Distanhut membantu peralatan penyulingan seharga Rp 50 juta ditambah petunjuk teknis penyulingan dan upaya pemasarannya, kelompoknya bertambah semangat mengelola budidaya nilam dan pembuatan minyak nilam. Dibandingkan cengkih dan palawija, ternyata nilam lebih menguntungkan.

Saat ini kelompoknya sudah memiliki lahan nilam seluas 42 hektare, terhampar di tanah milik anggota kelompok. Kesuburan nilam menurutnya, sangat tergantung pada jenis tanah, pola tanam dan perawatannya.

Berdasarkan pengalaman kelompok, satu hektare nilam menghasilkan panen berupa batang dan daun nilam seberat 15 ton. Setiap panen, nilam petani dibeli dengan harga Rp 3.500 per kg. Kandungan minyak tertinggi dihasilkan dari batangnya, sedangkan kandungan minyak daunnya dibawah kandungan minyak pada batang.

“Dengan alat destilasi ini dalam sekali olah kami berhasil mengolah tiga kuintal bahan baku berupa nilam kering yang direbus dengan 500 liter air. Adapun rendemen atau kandungan minyak yang dihasilkan sebesar 1,6 sampai 1,8 persen. Tiga kuintal bahan baku ini bisa menghasilkan 7 kg minyak, setelah air rebusan ditumpahkan ke spon dan disaring dengan monel,” jelas Margono.

Melihat respons pasar yang tinggi terhadap minyak nilam, Margono berharap Distanhut Kebumen bersedia membantu satu instalasi pengolahan lagi kepada kelompoknya, demi meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok.

sumber: koran Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. 12 Juli 2010.

No comments: